Belajar Esai di Ceritasantri

Oleh Redaksi Ceritasantri.id

Esai adalah sebuah tulisan berupa pendapat penulis yang berisi fakta dan menarik untuk dibaca.

Esai ada data dan fakta yang jelas, tetapi tidak kaku. Kenapa tidak kaku? Karena esai memiliki imajinasi, kata-katanya indah sehingga menjadi menarik untuk dibaca.

Esai hendaknya memiliki rasa indah dan nikmat dibaca.

Data lengkap dan imajinasi dapat menarik pembaca.

Rata-rata, tulisan esai terutama yang masuk di meja redaksi ceritasantri.id sering terpaku dalam beberapa hal, yaitu:

1. Judul esai.

Kebanyakan judul esai terlalu kaku (ilmiah) — pokoknya dijudul sering pakai kata-kata kajian, telaah, peran, dan lain-lainnya.

seperti contohnya: “Kajian Kopi dalam Ilmu Agama”

Ada juga judul esai terlalu umum dan terlalu berbeda jauh dengan isi esai. Judul esai hendaknya memuat kesegaran, kebaruan, bahkan kesetaraan.

Sebuah judul esai harus bisa menjanjikan sesuatu. Esai harus membawa misi untuk mengubah sesuatu.

Sesuatu tersebut bisa jadi kebiasaan lama atau keadaan yang sudah umum.

2. Esai itu cerminan identitas, ciri, gaya, dan sikap sang esais.

Esai memiliki rasa indah dan nikmat dibaca, seperti orang bercerita, mengalir saja. Esai mengandung opini (pendapat) penulisnya.

Bagaimana bisa terlihat samar tanpa menggurui pembaca?
Bagaimana esai dapat memengaruhi pikiran pembaca tanpa menyakiti perasaan pembaca?

Di sinilah esai berada antara puisi dan karya ilmiah. Artinya, kata-katanya indah, menarik untuk dibaca.

Esai itu percobaan mencari tata cara menyampaikan gagasan dengan tulisan. Maka tidak mengherankan jika esai menjadi ciri dan sikap dari penulisnya.

3. Kejelasan alur dan kerangka tulisan.

Ada beberapa esai dengan menjelaskan secara umum dahulu baru mengerucut masalah dan diakhiri pesan.

Ada juga esai dimulai dengan membahas satu masalah dahulu baru dibawa ke umum dan diakhiri pesan.

Akan tetapi, ada juga esai yang membuat jenuh. Esai tidak pernah fokus atau esai malah alurnya maju mundur. Esai tidak jelas dan membingungkan kalau dibaca.  Esai yang terlalu tinggi kata-katanya dan tidak menjanjikan kesan dan pesan pada pembacanya.

Sebaliknya, ada juga esai yang egois. Esainya kalau dibaca membuat lelah dan berputar-putar. Penulisnya asyik sendiri dan lupa dengan kebutuhan pembaca.

4. Ada sebuah pesan yang ingin disampaikan, tetapi terlihat samar dalam esai tersebut.

Samar ini lebih terlihat seperti tidak menggurui.
Pembaca digiring dan diarahkan untuk memahami sendiri dengan emosional. Esai kalau dibaca membuat pembaca jadi berpikir sendiri. Esai membuat pembaca mendapat wawasan baru.
Di sini lagi-lagi perlunya imajinasi dan keindahan dalam menulis diperlukan.

5. Kelihatan Pandai

Penulis esai harus kelihatan pandai atau seperti orang pintar. Bagaimana caranya? Harus menguasai apa yang mau ditulis. Penulis harus mengumpulkan data dan fakta. Data dan fakta dituliskan dan percaya diri memberikan pendapat. Yakin saja dengan tulisan diri sendiri, selagi ada fakta dan data di dalamnya.

6. Segeralah menulis dan perbanyak membaca!

Penulis harus membaca untuk mengumpulkan data dan fakta. Kita harus menentukan tema. Kita harus membaca dan menanyakan kembali tema yang ingin kita tulis.

Seperti contoh kita akan menulis tentang puasa. Kita bertanya apa pentingnya puasa? Lalu kita belajar dan membaca dari sumber agama (dari kitab, dari hadis, dari pendapat ulama). Dari agama kita bisa membawa sejarahnya puasa, manfaatnya puasa untuk kesehatan, dan lain-lainnya.

Selain itu, kita membaca tekstual bacaan. Kita harus banyak membaca, bisa buku bacaan (novel, majalah, buku cerpen, dan koran) atau juga bacaan di internet.

Lalu, diakhiri segera menulis.

Setelah itu, Kita harus mulai melihat penggunaan ejaan dan struktur kalimat. Buatlah kalimat sederhana—ada subjek, predikat, dan objek. Dari susunan kata-kata menjadi kalimat.
Dari kalimat menjadi paragraf.

Selamat mencoba, kawan-kawan ceritasantri.id!

Salam,
Redaksi