Ceritaku Tentang “Di Rumah Saja”

Cerita Muhammad Birru Kamayasya

Di sini, aku ingin bercerita tentang pengalaman selama belajar di rumah. Akibat adanya wabah virus corona, virus yang sudah menular di seluruh dunia, aku kesulitan belajar di rumah karena tidak ada teman. Selain itu, belajar menjadi terasa membosankan. Alasanku karena liburnya itu sangat lama. Jadinya, sangat bosan kalau harus di rumah terus.

Setiap hari, aku mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan guruku. Aku dibantu oleh Mama dan ditemani Kayla, adik bungsuku yang baru berumur satu tahun. Apalagi saat ini waktunya puasa. Namun, senangnya belajar di rumah itu bisa bebas mengerjakannya karena bisa kapan saja.

Bulan Ramadan ini, aku puasa full. Alhamdulillah, aku belum ada yang bolong. Beda dengan Feliq, adikku yang kelas satu. Cerita tentang Feliq adikku, kadang-kadang batal puasanya dan kadang-kadang full karena Feliq sahurnya sedikit dan suka teriak–teriak, jadinya bikin dia haus dan lapar. Beda denganku, kalau lelah mengerjakan tugas karena puasa, aku perbanyak tidur dan tidak melihat jam atau melupakan waktu hingga buka puasa.

Menu buka puasa sangat menarik bagiku karena kelihatan enak. Apa saja ketika mau buka semua terlihat enak. Biasanya, makananku dan Feliq disiapkan oleh Papa. Hampir setiap buka puasa, dia berbuka dengan menu nugget dan tidak mau yang lainnya. Beda denganku, menuku banyak.  Aku beberapa kali minta nasi kuning dan nasi uduk. Kemarin, menu buka puasaku kepiting saus tomat bikinan Papa. Apa saja aku makan untuk buka. Porsi makananku banyak sehingga hampir satu jam untukku menghabiskan makananku.

Biasanya, ketika aku buka puasa, Mama dan Papa terkejut karena porsi menuku yang banyak. Kenapa seperti itu? Karena aku sangat lapar dan ingin makanan lainnya. Namun, ternyata aku selalu kekenyangan karena kebanyakan makan.

Setelah buka dan waktu hampir Isya, aku cepat-cepat mengambil air wudu dan salat. Setelah salat, aku mengaji Al-Qur’an. Mengaji di-sêmak atau kadang setor hafalan juz amma ke Papa. Lalu, rekaman mengaji dikirimkan ke guru tahfidz-ku. Setoran hafalanku menurutku sangat buruk karena aku masih di Surah Al-Insyiqaq. Aku jarang menambah dan termasuk yang tertinggal hafalannya dibandingkan teman-temanku.

***

Selain mengerjakan tugas sekolah, aku juga melakukan aktivitas lain di rumah. Misalnya, tiduran sambil main game. Aku bersama Feliq sekolah di tempat yang sama, yaitu MI Sunan Pandanaran. Ada juga teman dekatku bernama Ahsan. Ahsan, sama sepertiku, suka bermain game. Namun, bedanya, dia harus memakai kacamata minus 2,75. Ahsan sudah pakai kacamata sudah agak lama. 

Cara lain untuk menghabiskan waktu, Ahsan suka mandi di sungai bersama teman-teman kampung kami. Beda denganku, aku tidak suka mandi di sungai karena dulu aku sudah sering mandi di sungai. Jadi, sekarang, aku tidak mau lagi.

Aku lebih suka di rumah, main game karena harus social distancing–jaga jarak. Imbauan itu supaya kita terhindar dari virus yang sudah tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, juga di Yogyakarta. Oh iya, aku pernah, sama Papa, memberi minuman es buah untuk takjil penjaga portal di kampungku. Portal dijaga agar tidak ada pengunjung dan termasuk antisipasi wabah corona.

Aku ingin menyampaikan pesan kepada teman-temanku dan yang sedang membaca ceritaku. Kita harus selalu menjaga kebersihan, kesehatan, dan semangat puasa di bulan Ramadan ini. Bulan Ramadan kali ini situasinya berbeda dengan Ramadan sebelumnya.

Aku berharap secepatnya dapat bertemu atau berkumpul dengan banyak orang. Aku ingin bertemu dengan teman-temanku, juga saudaraku. Aku berdoa semoga wabah virus corona ini cepat berakhir. Amin, ya Allah.

Sekian dari aku.

Turen, 9 Ramadan.

***


Muhammad Birru Kamayasya (10 tahun), siswa kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran. Penulis dapat ditemui lewat Facebook dan Instagram dengan nama: kamayasya.