Cita-Cita dan Impian Cinta

Cerita Restu Nurhakimah

Assalamualaikum,

Hai, perkenalkan namaku Cinta. Aku berusia 12 tahun. Aku lahir dari kalangan keluarga yang sederhana, tetapi aku mempunyai cita-cita yang sangat tinggi, yaitu menjadi seorang profesor yang hafal Al-Qur’an. Orang tuaku sangat mendukung cita-citaku. Setelah lulus sekolah dasar, aku dimasukkan ke salah satu pondok pesantren yang ada di Kota Tasikmalaya. Pondok pesantren itu bernama SMP IT Al-Burhan.

Awalnya aku ragu, tetapi aku sangat menginginkan untuk menjadi seorang santri. Waktu terus berjalan, aku menjalani dengan ikhlas dan tabah karena aku ingin menggapai cita-cita yang telah aku impikan. Banyak sekali cobaan untuk menggugurkan niatku, tetapi aku tidak pernah mengeluh dan terus mencoba. 

Pada suatu hari, aku sempat putus asa karena aku sudah tidak kuat menahan semua cobaan. Aku menangis di kamar pondok hingga aku pun tertidur. Di saat aku tidur, ibuku datang lalu berkata, “Wahai anakku, Ibu memasukkanmu ke sini karena Ibu sayang sekali sama kamu. Ibu ingin melihatmu bahagia di dunia maupun di akhirat. Ibu yakin kamu bisa melewati semua ini dan tolong jangan kecewakan Ibu ya, Nak.”

Aku terbangun sambil berteriak memanggil Ibu. Aku berpikir aku harus kuat untuk menggapai cita-citaku dan membanggakan kedua orang tuaku.

Sejak saat itu, aku mulai mengikhlaskan semuanya. Aku menyadari betapa senangnya hidup di pesantren meskipun jauh dari orang tua. Aku memiliki teman-teman dan guruku yang selalu ada. Mereka menjagaku setiap waktu.

Menjadi santri itu menyenangkan. Kita melakukan kegiatan bersama-sama, dari tidur bareng, makan bareng, main bareng hingga sekolah bareng. Pokoknya semuanya bareng deh.

Semenjak di pondok, aku mendapatkan banyak sekali kenangan yang sangat indah. Aku bisa menghabiskan waktu bersama teman-temanku, hingga tak terasa 3 tahun sudah kami lewati bersama. Aku tidak ingin berpisah dengan teman-temanku, tetapi hidupku tidak sampai di sini saja. Aku harus meraih  impianku. Sebelum kami berpisah, aku sempat berpesan kepada teman-temanku. Aku berkata bahwa hidup itu penuh perjuangan, tidak akan ada hidup apabila tidak pernah ada perjuangan.

***

Restu Nurhakimah (12 tahun) merupakan santri Pondok Pesantren Ma’had Tahfidz Al Burhan. Sekarang, ia menjadi siswi kelas 7 SMP IT Al Burhan. Penulis dapat dijumpai di Instagram dengan nama: Restu_197.