Gara-Gara Kacamata

Cerita Risma Novi Ardhany

Pada hari Sabtu pagi sekitar pukul 06.00, aku masih menunggu giliran untuk ujian baca kitab di ndalem Neng Zulfa, sedangkan santri lainnya sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Aku menunggu sambil berbincang-bincang soal materi ujian dengan empat temanku. Kami melaksanakan ujian hari ini berlima, yakni aku, Azizah, Ani, Hana, dan Rifa. 

***

Rifa: “Ngomong-ngomong, Hana sama Arda kok tidak pakai kacamata?”
Hana: “Ini aku bawa, nanti saja pakainya.”
Arda: “Astagfirullah, punyaku ketinggalan di kamar.”
Ani: “Tapi Ar, kamu masih bisa melihat dengan jelas, kan??”
Arda: “Iya sih, tapi agak buram. Hmmm … Ya sudahlah, tidak apa-apa.”
Rifa: “Kenapa gak diambil saja ke kamar? Mbak Lisfa masih belum keluar, kan?”
Arda: “Nggak usah deh, bentar lagi juga aku kan masuk.”
Rifa: “Terserah deh, awas saja nanti waktu ujian gak kelihatan tulisannya. Hehehe.”
Arda: “Waah, jangan gitu dong.”
Rifa: “Bercanda kok, hehehe.”

***

Tak lama setelah itu, Mbak Lisfa yang sudah selesai ujian pun keluar dari ndalem Neng Zulfa.

Mbak Lisfa: “Ayo, siapa yang maju setelahku? Sudah ditunggu Neng Zulfa, lho.”
Arda: “Iya Mbak, bentar.”
Mbak Lisfa: “Ya udah. Aku duluan ya. Assalamualaikum!”

“Walaikumsalam,” jawab kami berlima serempak. Aku pun  masuk ke ndalem Neng Zulfa dengan cepat-cepat.

“Assalamualaikum,” ucapku sambil menunduk di depan pintu.

“Walaikumsalam,” jawab Neng Zulfa yang tiba-tiba berada di depanku.

Lalu ia berkata, “Sebentar Arda, saya mau sarapan dulu. Kamu tunggu ya nanti saya panggil.” Seketika aku menjawab, “Enggeh, Neng,” dengan tetap menunduk.

Setelah itu, Neng Zulfa masuk ke ndalem-nya dan kami berlima pun menunggu di ruang tunggu sambil belajar.
Ani: “Teman-teman, pindah ke musala tamu buat ngipas yuk, panas nih!”
“Ayo, ayo!” kami pun setuju ajakan Ani untuk pindah ke musala tamu.

Di musala, kami menyalakan kipas angin sambil tiduran dan belajar.
Hana: “Ar, kamu gak nungguin di depan??”
Arda: “Ngapain??”
Hana: “Nanti kalau Neng Zulfa mencari kita gimana??”
Arda: “Oh iya, kan beliau gak tau ya kalau kita di sini. Ya sudah Han, ayo nunggu di sana!”
Hana: “Ayo.”
Azizah: “Mau ke mana, Ar?”
Arda: “Mau belajar di depan.”
Azizah: “Owalah, kukira mau beli jajan, hehe.”
Arda: “Bisa aja kamu, ujian gini mikirin jajan.”
Azizah: “Maklumlah, laper.”

***

Lalu, aku dan Hana menunggu di depan. Tak lama kemudian, ada wanita tua sedang berjalan menuju ke arah ndalem Neng Zulfa.

“Siapa, Han?”
“Bentar, Ar, gak kelihatan, kacamataku di musala.”
“Hmmm.”
“Emak dapur itu mah.”
“Oohh.”

Aku melanjutkan belajar dengan santai dan emak tadi berjalan pelan hampir melewati kami berdua. Lalu aku melihatnya dan tersenyum kepadanya. Entah dia membalas senyumku atau tidak, aku tidak tau karena wajahnya begitu buram.

Entah kenapa tiba-tiba Hana memukul tanganku sangat keras dan berkata dengan pelan, “Aaaarrr! itu Bu Nyai, Arr!!!” Aku pun terkejut dan langsung berdiri lalu mencium tangannya seraya meminta maaf.

“Ngapunten sanget, Bu Nyai.” (Maaf, Bu Nyai).
“Nyuwun pangestu, Bu Nyai,” kata Hana. (Minta restunya, Bu Nyai).

Aku menatap dekat beliau dan beliau hanya tersenyum. Akhirnya, beliau pun masuk ke ndalem Neng Zulfa.

Seketika aku bertanya, “Loh, Han. Kamu kok tadi malah minta restu bukannya minta maaf??”
“Loh iya ta?? Gimana nih?” jawab Hana dengan panik.

“Ya sudahlah, namanya juga gak kelihatan.”
“Tapi Ar … Aku maluuuuuuuu.”
“Ya sama, Hann.”
“Ayo Ar, kita cari sandalnya Bu Nyai,” ajak Hana.
“Ayo,” aku menjawab dengan semangat.

Aku dan Hana langsung berlari mencari sandal Bu Nyai di depan ndalem Neng Zulfa. Kami membalikkan sandal beliau ke arah depan dengan rapi. Kami melakukannya selayaknya para sahabat melakukannya kepada Rasulullah saw. ketika beliau hendak masuk masjid untuk melaksanakan salat.

“Semoga Bu Nyai tidak menganggap kita santri kodoh (gak ilok/gak baik),” ucap Hana setelah membalikkan sandal Bu Nyai.
“Yah. Semoga saja ya,” jawabku. 

***

Risma Novi Ardhany (14 tahun) merupakan santri Pondok Pesantren KHA. Wahid Hasyim Bangil. Ia juga siswa kelas 3 MTs KHA. Wahid Hasyim. Penulis dapat ditemui lewat Facebook dengan nama: Risma novi ardhany atau Instagram dengan nama: @rizzardh.