Kala Itu Pertama, di Pondok

Cerita Diah Rahayu Utami

Kala itu, tanggal 18 Agustus 2014.
Aku menata rapi baju dan memasukkannya ke dalam sebuah tas. Aku genggam Al-Qur’an yang akan menjadi saksi bisu ketika nanti aku berjuang.

Ditemani Bapak dan Ibu, aku datang ke sebuah pesantren yang tak terlalu rindang, tetapi terasa sejuk. Setelah memasuki gapura, halamannya tidak terlalu luas tapi terasa sangat nyaman. Aku mendengar lantunan bacaan ayat suci Al-Qur’an.

Aku dititipkan oleh orang tuaku kepada Abah dan Ibu Nyai di pondok.
Lalu, orang tuaku pamit untuk pulang. Berat rasanya untuk berpisah dengan mereka, tetapi kali ini aku harus meneguhkan hati. Aku harus bisa dan aku harus tetap berjuang.

Hari demi hari, aku menjalani hidup di pondok. Banyak sekali pengalaman yang telah aku dapatkan dari sana.  Aku mendapat teman hingga ilmu baru yang sejak awal aku belum tau.

Sering kali, aku merindukan rumah secara tiba-tiba. Rasa rindu itu datang menyerbu dan ditemani tangisan syahdu. Dalam hati terkadang aku merasakan, “Aku ingin pulang ke rumah dan bertemu Bapak Ibu.” 

Memang terlihat lucu, seorang anak manja pada masanya kini harus tinggal sendiri. Ia berjuang demi apa yang dirinya junjung tinggi derajatnya, yang ia jaga nama baiknya, dan selalu ia doakan selepas salatnya, yaitu orang tuanya.

Untuk teman-teman santri, jangan lupa untuk tetap takzim pada orang tua di rumah maupun di pesantren.
Tetap tunduk pada guru-guru.
Tetap istikamah untuk berjuang mewujudkan apa mimpi-mimpi.

Pulanglah ketika telah tiba waktunya. Amalkan apa yang sudah kamu dapatkan.
Sungguh, hanya penyesalan jika kita menuruti nafsu belaka.  Tak ada lucunya.

***

Diah Rahayu Utami (18 tahun) merupakan santri Pondok Pesantren Pondok Pesantren Ar-Rohmah, Imogiri. Penulis dapat ditemui lewat Instagram dengan nama: @diahr13 atau Facebook dengan nama: Diah Rahayu.