Kehilangan Sandal

Cerita Ferdi Yanto (15 Tahun)

Pada suatu hari, aku dan ketiga temanku masuk ke pesantren. Di pesantren, aku dan ketiga temanku mendapatkan kenalan banyak. Ketika waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB, saatnya salat Zuhur bersama di masjid pondok. Temanku masih tertidur di kamar. Akhirnya, aku bangunkan untuk salat.

Aku dan ketiga temanku pergi ke masjid. Kami salat berjemaah dengan santri yang lain. Ketika selesai salat jemaah, ternyata sandalku hilang. Akhirnya aku merelakan pulang dari masjid dengan tidak menggunakan sandal.

Meskipun sandalku hilang, aku rela tidak memakai sandal ketimbang harus mengambil sandal santri lain. Aku percaya jika ada kejahatan yang menimpa diriku akan dibalas kebaikan oleh Allah dan menjadi pelajaran bagi diriku untuk lebih berhati-hati.

Ketika di jalan menuju asrama, aku bertemu dengan ustaz. Ustaz pun bertanya tentang diriku yang tanpa alas kaki dari masjid.

“Hay Ferdi, ke mana sandal kamu?” tanya Ustaz.

“Hilang, Ustaz, tadi setelah salat Zuhur di masjid,” jawabku.

“Apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu lakukan saat ini, itu semua adalah pendidikan,” kata ustazku sambil menepuk punggungku.

Di situlah, aku tahu bahwasanya semua hal yang aku rasakan dan aku lakukan di pondok pesantren adalah proses pendidikan. Aku di sini sedang dididik bersama santri-santri yang lain untuk bersabar, saling mengerti, dan saling memahami.

Akhirnya dengan sedikit rezekinya, Ustaz membelikan sandal untuk diriku. Di situlah, aku meyakini bahwa kejahatan orang lain dibalas kebaikan oleh Allah dengan berbagai cara.

 

Ferdi Yanto (15 tahun) adalah santri di Pesantren Al-Ikhlas, Berbah, Sleman. Saat ini, ia kelas 9 di MTs Al-Ikhlas. Penulis berasal dari Lampung. Penulis bisa diajak mengobrol melalui akun Instagram dengan nama: @ferdy_ya_86.