Kiai Penakluk Elang

Cerita Muhammad Azrul Erzan


Aku memiliki sepenggal cerita tentang Kiai. Beliau sang Penakluk Elang. Di suatu desa terpencil, hiduplah seorang kiai yang sangat tawadhu’ dan gemar berburu elang.

Suatu ketika, Kiai berburu ke hutan belantara luas. Beliau tersebut sudah mempersiapkan bekal dan beberapa senjata berupa pistol serta sebilah pedang yang begitu tajam. Dengan mengendarai kuda hitamnya, kisah ini bermula.

Malam pun tiba, matahari mulai tergelincir dalam kegelapan sunyi. Lolongan serigala mulai terdengar dari semak-semak belukar. Sang Kiai menyalakan obor yang terbuat dari bambu dan mendekatinya.

Tiba-tiba, “Aaaaaargh … hhh,” serigala menerkam Kiai. Serigala mengaung dengan garang, gigi tajamnya siap mencabik tubuh Kiai. Perkelahian pun tak terelakkan. Kemudian dengan gagah berani, sang Kiai menarik dan mengibaskan pedang ke arah serigala. Serigala lari dengan darah bercucuran.

Pagi pun tiba, Kiai melanjutkan perjalanannya. Kiai berhenti sejenak karena melihat seekor elang cokelat yang bertengger di pohon. Kiai tersebut menembakkan bius dalam pistolnya dan membawa elang tersebut ke pesantren.

Sesampainya di pesantren, elang tersebut dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan pesantren. Sejak saat itu, karena faktor usia sang Kiai menghentikan pengembaraannya dan mulai memelihara hewan lain. Hewan peliharaannya, seperti kucing, merpati, ikan, dan berbagai reptil.

Akan tetapi, elang yang ditemukan di hutan masih ada hingga sekarang. Elang tersebut menjadi hewan peliharaan sekaligus santri beliau. Jika elang tersebut terbang jauh, Kiai dapat memanggilnya dengan beberapa siulan. Seolah-olah santri yang sedang memenuhi panggilan gurunya dengan rasa ta’dzim, tunduk, dan patuh.

Kiai menyayangi burung elang sebagaimana menyayangi santrinya. Kiai  memberikan teladan tentang sifat kesatria pemberani juga penyayang meskipun terhadap hewan sekalipun.

***
Muhammad Azrul Erzan (12 tahun) merupakan siswa kelas 7 MTs Ma’arif NU 1 Kemranjen. Santri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Sirau, Kemranjen, Banyumas, dan berasal dari Desa Cilongok, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Penulis dapat ditemui lewat Instagram dengan nama @erzan_azrul