Cerita Nabielah Nihlatul Maula (10 tahun)
“Anak-anak, Ibu minta kalian menulis cerita. Boleh karangan, boleh tidak. Temanya bebas. Paling lambat dikumpulkan minggu depan ya …,” kata Bu Zaina siang tadi di sekolah.
“Baik, Bu!” seru seisi kelas menanggapi.
“Baiklah kalau begitu, Ibu akhiri kelas di sini, ya. Assalamualaikum, Anak-Anak,” ujar Bu Zaina kemudian, menutup kelas.
“Waalaikumussalam, Bu Zaina!” seru seisi kelas, kompak.
***
Hai, namaku Sasha. Anak berusia 10 tahun. Sekarang aku menduduki bangku kelas 5 SD.
Sepulang sekolah, aku menunggu jemputan. Biasanya Papah dan Mamah bersama menjemputku di sekolah. Aku menunggu jemputan mereka di taman sekolah. Tempat tersebut memang tempat favorit anak-anak menunggu jemputan.
Setelah sekitaran 30 menit berlalu, mereka pun datang dengan mobil hitamnya.
“Ayo, Sha!” ujar Papah sambil membuka jendela mobil.
“Iya!” tanggapku. Aku segera berlari ke arah mobil Papah. Aku buka pintu mobil, lalu aku naik dan menempati jok di samping Papah, di depan.
“Sha, hari ini ada cerita apa di sekolah?” tanya Mamah.
Ya, di setiap pulang sekolah, harus ada hal yang diceritakan.
“Tadi di sekolah, Sasha diberi tugas oleh Bu Zaina untuk menulis cerita. Paling lambat dikumpulkan minggu depan katanya,” ujarku bercerita.
“Oh begitu, bagus tuh. Melatih imajinasi anak juga,” kata Mamah.
“Iya Mah, bagus. Sasha juga suka,” kataku menanggapi.
“Oh iya, Pah, aku jadi ingat. Papah ada penemuan baru, gak?” tanyaku pada Papah.
Papahku memang seorang peneliti terkenal, bahkan, dia juga memiliki laboratorium sendiri. Aku sangat kagum padanya.
“Ada! Papah baru saja menemukan alat navigasi waktu, lho!” seru Papah bersemangat.
“Wah?! Alat navigasi waktu? Hebat banget papahku yang satu ini! Hehehe!” ujarku memuji Papah.
“Hehe, iyalah Sha, Papah gitu lho!” kata Papah.
“Emang kok, Mamah gak salah pilih!” timbrung Mamah membanggakan Papah.
“Nanti Sasha lihat ya, Pah!” kataku pada Papah.
“Iya, boleh kok Sha, tapi nanti Papah tidak bisa menemani kamu. Papah setelah ini mau ke laboratorium dulu!” ujar Papah.
***
Sesampainya di rumah, aku segera menuju ke kamarku. Aku melaksanakan salat Zuhur dan ganti baju.
Kemudian aku turun ke bawah menuju ruang kerja Papah di rumah. Seringnya, ruang tersebut digunakan untuk menyimpan alat-alat hasil penemuannya.
Aku pun mencoba alat tersebut di ruangan Papah. Siapa tau bisa jadi referensi untuk tugas cerita tadi. Maka, kunyalakan alat tersebut.
Lalu aku berucap, “Bawa aku ke masa lalu!” seruku.
Lalu tiba-tiba, dalam sekejap, aku kembali ke masa lalu. Sekitar satu jam aku menjelajahi masa lalu. Akhirnya aku mengetahui bahwa masa lalu tersebut adalah tahun 80-an. Tahun di mana Papah masih seusiaku.
Rupanya, Papah dulu adalah anak yang biasa-biasa saja dalam hal pendidikan. Terkadang, nilainya lebih rendah dibandingkan teman-temannya.
Karena Papah punya niat dan mau berusaha dengan sungguh-sungguh, akhirnya Papah bisa menggapai cita-citanya, yaitu menjadi seorang peneliti.
Sekarang aku tahu, cerita apa yang harus aku tulis untuk tugas. Aku juga tahu bahwa apa pun yang kita impikan bisa terwujud. Modal yang dibutuhkan adalah niat yang kuat dan baik. Lalu berusaha atau ikhtiar dengan sungguh-sungguh.
***
Nabielah Nihlatul Maula (10 tahun) merupakan siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman. Penulis dapat ditemui lewat Facebook dengan nama: Qurratul Aini atau Instagram dengan nama: @q.ainiumy.