Mengapa Toleransi?

Esai Cut Shafia Hasan

Pembahasan toleransi adalah hal yang sudah sangat biasa dalam keseharian kita, tetapi harus diperhatikan karena sangat penting maknanya. Saya mendapat pelajaran penting tentang toleransi melalui pengalaman saya menjadi seorang santri.

Ibu selalu berkata, saat saya nanti sudah tinggal di pesantren, tentang kata toleransi. Toleransi adalah hal yang sangat penting. Saya memegang teguh kata itu karena kita memang hidup berdampingan dan tak semua hal selalu sesuai harapan.

Pernyataan tersebut menjadi sebuah prinsip yang saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari, apalagi saya tinggal di pesantren. Perlakuan orang lain, perkataan orang lain, bahkan sampai kebersihan orang lain.

Selama di pesantren saya bertemu orang-orang dengan berbagai macam asal, suku, dan sampai perilaku. Semua itu saya jumpai hampir 24 jam. Jika di sekolah biasa kita hanya bertemu teman dalam waktu setengah hari saja, berbeda sekali ketika tinggal di pesantren.

Saat melakukan piket kamar, saya menemukan rambut di tempat yang sama.  Saya berpikir tidak apa-apa untuk membersihkan daripada harus membuat teman saya sakit hati karena komentar saya. Saya memendam semua itu selama beberapa waktu. Kenyataannya hal itu menjadi dampak yang tidak baik pada psikologis saya.

Lama-lama, saya berpikir bahwa apakah yang saya lakukan adalah toleransi? Saya baru sadar bahwa apa yang saya lakukan tidak masuk dalam konsep toleransi yang baik.

Jika saya melakukan hal itu terus-menerus, sama artinya membiarkan seorang teman dalam masalah yang sama. Jadi, apa yang harus dilakukan jika menghadapi atau mengalami situasi seperti ini?

Menurut saya, salah satunya adalah dengan cara tabayun. Cara tersebut diterapkan dalam Islam dan sangat membantu dalam bertoleransi. Seperti contoh peristiwa black lives matters. Penentangan perbedaan warna kulit antara putih dan hitam dapat diselesaikan jika saja kedua belah pihak bisa berbicara dengan baik-baik dan tanpa ada yang menghakimi. Hal ini akan mewujudkan toleransi dan sangat terasa maknanya.

Menurut saya, toleransi bukan membiarkan dan tidak peduli, tetapi menjaga dan tidak menghakimi. 

Perlu diketahui, tabayun adalah sebuah peristiwa di saat kita misalnya merasa resah atau ada masalah dengan seseorang dan membicarakan hal tersebut tanpa menghakimi.

Tabayun tidak perlu membeberkan kepada orang lain atau membicarakan kepada orang yang tidak bersangkutan. Namun, adanya orang lain untuk menjadi perantara atau penengah sangat penting. Pihak yang tidak bersangkutan adalah perantara yang adil dan tidak memihak.

Maka dengan cara tabayun, toleransi akan tercipta dengan makna yang sangat dalam. Kita bisa saling menghargai dan menjaga satu sama lain. 

***
Cut Shafia Hasan (17 tahun) merupakan santri Pondok Pesantren Zamzam Syifa Boarding School. Ia tercatat menjadi siswa kelas 11 SMA Zamzam Syifa Boarding School. Penulis dapat ditemui lewat Instagram dengan nama: @fiaaae.