Monil dan Nasihat dari Rasul

Cerita Hebba Mohammad Alhan

Ramadan kali ini terasa berbeda karena ada wabah yang sedang menimpa alam semesta. Ya betul, wabah bernama COVID-19 ini sungguh mengubah pola hidup manusia. Contohnya, sebelum ada wabah, orang-orang dapat bermain di luar rumah dengan sesuka hati, asalkan tidak suka keluar “dari hati ke hati”.

Wabah ini sangatlah berbahaya karena menyerang organ pernapasan, yaitu paru-paru. Kita harus berhati-hati dengan penyakit ini. Meskipun begitu, mencegahnya cukuplah mudah, sering cuci tangan dengan sabun, social distancing, dan physical distancing. Jika sedang batuk, tutup dengan lengan tangan dan hindari kerumunan. Jangan lupa selalu menggunakan masker dan tentu saja stay di rumah saja.

Semua syarat pencegahan tidak ada yang menyusahkan, apalagi mengeluarkan biaya. Namun, tinggal di rumah terus, inilah penyebabnya. Aku mulai merasa sedih dan bosan. Setiap hari di rumah, pemandangan kulihat tidak berubah. Wajah bapakku selalu muncul. Syukurlah, ada gadget yang menemaniku. Ketika aku menghabiskan waktu dengan gadget, Bapak muncul sambil bilang, “Ingat kontrol sendiri waktu bermain gadget.”

Hiburan lain, yaitu kucingku, Monil namanya. Monil adalah kucing jantan berwarna oranye. Setiap siang, aku sering memberi makan Monil, terutama setelah Monil menjilat kakiku sambil berteriak minta makan. Monil sangatlah imut dan lucu. Ia juga sangat manja. Kenapa bisa dibilang manja? Karena setiap aku bertemu, ia minta diusap-usap dan digendong layaknya bayi manusia.

Di suatu siang, aku sedang bermain gadget bersama teman-temanku. Seperti biasa untuk mengisi waktu dengan bermain game. Di saat itu, aku lupa kalau sudah waktunya Monil makan siang. Monil menungguku untuk meminta makan, tetapi aku malah asyik dengan gadgetku. Kulihat Monil meninggalkanku dan menghilang masuk melalui pintu samping rumah. Apa boleh buat, Monil yang sangat kelaparan melompat ke atas meja.

Sayup-sayup terdengar suara piring saling bertabrakan. Suara dari Monil yang menyenggol piring. Ikan lele, menu buka puasaku, dimakan oleh Monil. Ia asyik duduk di atas meja makan dengan lidah menjilati hidung dan samping kanan kiri bibir. Di saat aku mengetahuinya, seketika aku langsung bergegas mengambil sapu. Aku ingin memukul Monil.

Tiba-tiba aku terigat kata-kata Rasulullah. Rasulullah melarang kita untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup yang ada di bumi. Di saat itu pula, aku langsung menurunkan sapu dan mengambil Monil. Aku membawanya ke kandang dan memberinya makan.

***

Cerpen karya Hebba Mohammad Alhan, santri Bumi Cendekia Yogyakarta.