Perjamuan Darkum

Cerita Abdan Syakura

“Ayo, ayo,” ajak Darkum. Lalu Gus Yahya menirukan.

Setelah teman-temannya berkumpul dan hendak menyantap, Darkum mengajukan syarat. Syarat tersebut ialah sebelum makan tidak boleh membaca bismillah.

“Serius ini. Pokoknya jangan baca bismillah,” kata Darkum.

“Maksudnya apa?” teman-temannya bertanya.

“Makanan dan minuman itu, kalau dibacakan bismillah, setan enggak bisa ikut makan dan minum. Makanya, jangan dibacakan agar setan ikut makan,” Darkum berusaha meyakinkan, tetapi tak menjelaskan maksudnya.

“Kok gitu?”

“Sudahlah. Nurut saja. Pokoknya jangan baca bismillah. Awas kalau baca bismillah, enggak boleh makan,” kata Darkum.

Benarlah. Mereka semua makan. Pesta sambal terong pun dimulai. Mereka makan dengan sangat lahap. Usai makan, semua terlihat monyong-monyong bibirnya karena kepedasan. Sambal terong yang disiapkan itu sangat pedas.

“Jangan khawatir kepedasan. Aku sudah siapkan penawarnya,” kata Darkum sambil memberikan air dalam kendi.
Lalu, teman-temannya berebut hendak minum. Namun, Darkum menahan mereka. Ia mengajukan satu syarat untuk minum.

“Kali ini sebelum minum harus baca bismillah. Harus. Kalau enggak baca enggak boleh minum,” kata Darkum.
Teman-temannya melongo tak paham. Darkum lalu menceritakan bahwa dengan dibacakan bismillah, setan tak bisa ikut minum.

“Biar setan tahu rasa kalau dia kepedasan. Enggak bisa minum penawarnya. Gitu aja kok bingung,” kata Darkum.

Tulisan ini diolah dari kisah Ramadan milik Gus Yahya Staquf. Beliau kini dipercaya sebagai salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

***

Abdan Syakura (12 tahun) merupakan santri dari Pondok Pesantren Riydhotul Mubtadi’in. Ia merupakan siswa kelas 6 SDN 1 Tiudan. Penulis dapat dijumpai di Instagram dengan nama: ABDNSYA.