Cerita Fitriyah Salsabila
Semua berawal sejak aku kelas 6 SD. Aku adalah gadis pendiam yang memiliki sifat tak acuh. Aku tidak punya teman nyata, semuanya ada dalam gadget. Aku sangat tidak suka bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarku.
***
Sampai akhirnya, kedua orang tuaku merampas semua barang elektronik milikku. Mereka berjanji akan memasukkanku ke “penjara suci” agar aku bisa mendapatkan teman nyata.
Sempat aku bertengkar hebat dengan kedua orang tuaku karena aku tak ingin masuk ke pesantren. Bahkan aku pernah mengancam untuk kabur dari rumah jika mereka terus memaksaku ke pesantren.
Takdir berkata lain, akhirnya aku dimasukkan ke dunia pesantren yang dulu kuanggap kejam. Aku merasa pesantren telah memisahkan diriku dengan gadget juga dengan orang tuaku.
***
Pertama kali masuk ke pesantren, semua orang tersenyum ramah padaku, tetapi aku tak membalas senyuman mereka. Aku pasang muka sombongku pada mereka, tetapi mereka tak menyerah. Mereka terus tersenyum ketika bertemu denganku.
Seringkali aku mainkan alisku ketika ada orang yang mengajakku tersenyum. Entah apa yang kulakukan saat itu, aneh memang jika sekarang aku mengingat-ingat lagi kelakuanku sendiri.
***
“Cewe jutek” itulah panggilan yang diberikan teman-teman di belakangku. Sudah biasa aku mendengar mereka membicarakanku. Aku tak pernah marah. Aku selalu saja dingin menyikapinya.
Tak ada yang mau berteman denganku, semakin senang bagiku. Jika aku tidak berhasil mempunyai teman maka semoga saja kedua orang tuaku akan mengembalikan gadget dan teman-teman virtualku.
Kenyataannya tidak. Aku mengira akan dikeluarkan oleh Mama, malah aku yang tersiksa. Ketika ada seseorang mencoba menjadi temanku, seringkali aku menjauhi orang itu.
Sampai lulus semester 1 di tahun pertama, aku masih di pondok sendirian tanpa teman. Di saat yang lain saling bercengkerama, aku sibuk bermain bersama buku diariku. Aku asyik menuliskan cerita keseharianku dengan alis khasku yang selalu mengerut.
***
Sampai suatu hari, aku sedang mengantre untuk mengambil makan pagi. Aku sangat buru-buru karena ada tugas sekolah yang belum aku selesaikan. Aku tampak panik sendirian hingga seorang gadis menyapaku.
Aku lupa memasang muka sombongku, refleks aku memintanya bertukar antrean karena aku sedang terburu-buru. Sontak aku kaget karena dia dengan senang hati mundur ke belakangku. Aku sungguh berterima kasih kepadanya, tanpa pikir panjang aku langsung saja mengambil makanan.
Keesokan harinya, aku bertemu dia lagi. Ternyata pagi itu dia mengantre di belakangku, langsung saja aku mundur ke belakangnya. Dia terheran-heran, tetapi setelah itu tersenyum dan berterima kasih.
Aku mengajaknya berkenalan. Karena sifatku yang tidak suka bersosialisasi, aku tidak tahu jika dia sekelas denganku. Kami pun makan bersama di ruang makan sambil sedikit berbincang.
***
Dia memperkenalkanku kepada sahabat-sahabatnya yang lain. Dia meyakinkan mereka bahwa aku tak sejutek yang mereka pikirkan. Akhirnya aku mempunyai teman yang banyak dan tentunya aku menjadi tidak sombong lagi.
Itu berkat Elisa, seorang gadis cantik dan baik. Ia mampu mengubah sifatku dan berhasil membuatku senang bersosialisasi.
***
Fitriyah Salsabila (13 tahun) merupakan santri PP. Darussalam – Kasomalang – Subang. Penulis dapat ditemui lewat Facebook dengan nama: @Salsabila El Khutby atau Instagram dengan nama: @salsa_khutby06.