Petang Menunggu Fajar

Puisi Serenade Sariaklayung

Aku merindukan gema suara kebersamaan
Di saat pandemi menghalangi pertemuan, entah sampai kapan kan berjumpa Rindu terhalang petang, kian menunggu kabar datangnya fajar
Menari bersama dalam selimut imajinasi
Suasana  dalam ingatan, mengingatkan akan keceriaan yang pernah tersampaikan

Sebelum petangnya pandemi Covid-19 tiba, keluargaku adalah pesantrenku
Tempat di mana aku berada, tempat di mana aku sedang ditempa
Sekarang berbeda, keluargaku adalah fondasi pertamaku

Kebersamaan,
kurasakan di pesantren cukup berbeda dengan kebersamaan di rumah
sebab itulah manusia disebut makhluk sosial
Satu dari makhluk ciptaan-Nya yang mudah beradaptasi

Sekarang lingkungan kembali berbeda
semenjak corona datang pada akhir tahun 2019 
Kita mudah memanggil dengan Covid-19 

Kebiasaan baru dibentuk berdampingan dengan corona
sembari menunggu vaksin,
menjadi peluang besar bagi para ilmuwan untuk menemukannya.

Tak mudah menerapkan kebiasaan baru, 
seperti rajin mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak fisik

Selama ini, kita terbiasa berjabat tangan
kali ini berbeda, berjabat tangan bukanlah hal yang wajar
dulu berkumpul adalah perkara mudah
tak lagi kali ini dapat berkumpul bersama
tidak bisa dilakukan
sebab menjadi penularan salah satunya 

Kebiasaan lama berganti menuju awal baru
Tidak ada yang tahu sampai kapan petang menunggu
Dan selama itu menjadi proses,
kita beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk mencegah penularan Covid-19

Kita hadapi proses tersebut dengan bersabar dan taat
pada aturan yang telah dianjurkan pemerintah,
seperti tetap di rumah aja, menjaga jarak fisik, sering mencuci tangan dengan sabun, dan menggunakan masker

Hingga saatnya tiba, petang tak lagi menunggu fajar

***

Serenade Sariaklayung (Nade) 13 tahun, merupakan santri kelas 7 SMP Pesantren Bumi Cendekia Yogyakarta. Penulis dapat ditemui lewat Instagram dengan nama: serenade_sariaklayung.