Puisi Mohammad Afiq Haidar
Impian Suci
Teruntuk insan
Yang asma manisnya selalu dihias doa
Selalu ternada indah oleh kecupan lidah
Yang terbayang jelas hanya dengan waktu sekilas
Di saat agenda berganti tema
Detik-detik tak diharapkan masih mengeras
Menuntut dirinya berlalu semestinya
Menjadikan takdir benar-benar ada
Melalui simpang alur berbeda
Kau pergi membawa khusyuknya sebuah renungan
Kau pergi memikul sebuah tundukan
Kau pergi mengantongi air mata di hulu pipi manismu
Ku tau …
Betapa gejolaknya rindu mengusik batinmu
Namun kau pun pasti tau
Yang kau lakukan ini
Yang kau perbuat itu
Sebuah impian suci senantiasa ternanti
Yaa …
Cinta di bawah naungan “a’kahtuka wazawwajtuka”
“Bersabar”
Kata paling tepat dalam suatu penantian
Menuntut kita diam seribu kata
Mampu mencerna namun sulit mengungkap rasa
Tangisan hati jalan keluarnya
***
Sebab Apa
Januari tepat akhir bulan
Etnis Tionghoa siap melakukan perayaan
Segala acara dan makanan telah disiapkan
Tapi semua kandas oleh kelalaian
Semua terjadi karena corona
Banyak makhluk mati tak berguna
Seakan ini semua adalah rencana
Untuk membersihkan umat manusia
Bukan hanya di negara Cina
Kini Indonesia terkena juga
Diawali dengan kasus satu, dua
Sampai lebih dari tujuh ribu jiwa
Banyak cara yang disampaikan
Segala upaya kita imbaukan
Dari jaga jarak hingga tak jabat tangan
Atau tidak mudik dan selalu cuci tangan
Ini bukan tentang memutus penyebaran
Bukan hanya menghentikan penularan
Bukan juga meningkatkan kesehatan
Tapi ini tentang menyelamatkan kehidupan
Banyak manusia kehilangan penghasilan
Kini semua merasakan kelaparan
Banyak bantuan sosial dikeluarkan
Tapi banyak yang salah sasaran
Yang kaya makan enak karena punya tabungan
Yang miskin meratapi nasib karena kelaparan
Yang kaya tak mungkin kekurangan karena masih ada aset yang dijual
Apakah si Miskin untuk makan sesuap nasi harus rela menjual ginjal
Apakah ini Indonesia maju seperti kata petahana
Atau Indonesia sejahtera adil makmur seperti kata rivalnya
Yang membiarkan rakyat miskin kehilangan selera
Hanya untuk mengganjal perut dengan sesuap nasi yang didapatnya
Kini tepat di awal Ramadan
Masjid penuh dengan keheningan
Keramaian berubah menjadi kesepian
Bukber sahur hanya sendirian
Tetap Tarawih kita jalankan
Salat wajib dan tadarus dilakukan
Zakat infak dan shodaqoh dibayarkan
Agar kita dapat keberkahan
Semoga di akhir bulan Ramadan
Ini semua sudah terlewatkan
Saatnya menunggu momen kemenangan
Makan ketupat dengan santai di hari Lebaran
***
Mohammad Afiq Haidar (16 yo) santri Pondok Pesantren sekaligus siswa MA Al-Hikmah 2 Brebes. Penulis dapat ditemui lewat Facebook Mohammad Afiq Haidar atau Instagram @moh_afiqhaidar