Puisi Muhammad Khoerul Umam
Namamu Mulai Tumbuh
Tertata rapi penuh makna
Setiap inci sudut ruangan
Tanpa ada sajak yang tertinggal
Namamu mulai tumbuh dalam jiwa
Rima yang kau susun
Dalam setiap huruf, kata, dan bait
Kau nyawai dengan arti
Kau hidupi dengan makna
Rasa yang kau sirami dengan zikir
30-07-2020
***
Ilmu
Sebagai murid kesunyian
Kusebar benih-benih di lautan
Betapa jauh mencadra kaki langit
Perjalanan panjang layar-layar kapal
Butiran-butiran gandum diraih
Digosok hingga putih bersih
Ditumbuk sampai polos telanjang
Diremas hingga menjadi tepung
Dawai-dawai punya kehidupan sendiri
Darahmu adalah air sari
Kaum penerima itulah kami
Benihmu akan hidup dalam tubuhku
Dan kuncup hari esokmu akan mekar di hatiku
Keharumanmu selalu berembus dalam napasku
30-07-2020
***
Nama
Bukan sebatas panggilan
Apalagi sebagai pengenal
Namalah alat menuju puncak
Nama adalah modal
Nama adalah proposal
Nama adalah alamat
Namun nama bukanlah tujuan
30-07-2020
***
Hina
Debu-debu hati menghalangi
Menutupi jalan sebiji sawi
Di sini kuberdoa
Buat dirimu yang di sana
Semoga lelahmu ibadah
Bersama tangan menengadah
Dirimu tak pernah kurindu
Namun doaku menyertaimu
Hati ini tak bisa kau usik
Terlalu asik dengan Sang Khalik
Sering kali hati berpaling
Melihat diri begitu sombong
Aku tahu skenario-Mu pasti indah
Tapi tanganku tetap menengadah
Untuk kuncup hari esok
07-07-2020
***
Rasa Dalam Rasa
Tuhan …
Kupeluk Engkau dalam alam
Tiada bahasa yang pantas
Untuk mendefinisikan-Mu
Saat ini aku di depan-Mu
Namun belum melihat-Mu
Tapi hatiku merasakannya
Rasa yang ada di atas rasa
Aku sangat nyaman dalam pelukan ini
Aku tak mau melepaskanya
Tapi, nafsuku menolak-Mu
Aku bingung keadaan ini
Maaf Tuhan …
Imanku masih tipis
Untuk bersanding selamanya bersama-Mu
Mungkin ini belum waktunya?
Atau skenarionya seperti ini?
Sungguh berat,
Harus berpisah dengan-Mu
Disaat yang tidak kuinginkan
14-07-2020
***
Ingat
Sayup-sayup angin malam
Mengingatkanku akan diri-Mu
Di mana kau ada pada setiap makhluk
Tinggal seberapa hatimu mampu melihat
14-07-2020
***
Rindu (II)
Tatkala mata saling beradu
Dari kejauhan terlihat bahagia
Tapi, hanya sesaat
Kau buang wajah
Entah itu malu atau hal lain
Tapi itu hanya setitik rindu
Yang menyelinap dalam kalbu
Ada rindu yang lebih besar
Rindu yang
Tatkala mata tak berguna
Telinga hanya hiasan
Hidung sebagai ventilasi
14-07-2020
***
Pengingat
Tak akan pernah pupus
Duri yang menancap di tangkai mawar
Menetap sudah takan terpisah
Lihatlah bunga mawar
Dia indah bukan
Tapi dia juga berduri
14-07-2020
***
Jelas
Jelas sudah wujud-Nya
Hanya saja makhluk-Mu
Yang membuat tidak jelas
Merekalah yang menutup sendiri
Jarak antara dzat-Mu dan roh mereka
Tapi, mereka semua
Juga Engkau yang menjalankan
Memang hanya Engkau yang pantas kudekati
21-07-2020
***
Syahwat
Bakal iman
Yang mulai tumbuh dari hati
Kelicikannya manis
Kelicikannya sempurna
Merusak energi kalbu
Tapi, kerusakan itulah
Awal dari iman tumbuh
Orang takkan melupakan sejarahnya
Tapi orang bisa meninggalkannya
14-07-2020
***
Muhammad Khoerul Umam (19 tahun) merupakan santri Pondok Pesantren Hikmatul Muhajirin, Prambon, Kec. Dagangan, Kab. Madiun. Penulis dapat ditemui lewat Facebook dengan nama: mahiyatul.qolbi.73.