Puisi Abdul Jamil Al Rasyid
Pada suatu waktu
Aku melihatmu di dalam diriku
Melihatmu begitu mencemaskanku
Aku mendengar suara langkahmu di antara angin
Mendengarmu meributi diriku di antara malam-malamku
Pada suatu waktu
Kamu adalah api yang memasak rasaku
Pada suatu waktu
Kamulah yang terpatri di sepertiga malamku
29 September 2020
***
Aku masih ingat
Kutulis dedaunan hijau
Kubaca lalu kusisihkan
Kutulis rindu yang risau
Kubaca lalu kuselipkan
Aku masih ingat
Matamu membuat candu
Aku masih ingat
Tanganmu begitu layu
Setiap langkahku
Itulah doaku
Setiap hariku
Sepi tanpamu
Tandikat, 19 Oktober 2020
***
Dalam secangkir matamu
Di matamu tergenang merah yang menua
Larut dalam pandanganmu yang begitu menggoda
Aku dipaksakan candu
Hingga menikmati kesengsaraan dalam tubuhku
Tandikek, 30 September 2020
***
Doaku malam ini
Rinai hujan di paruh malam ini
Megenangkanku binar lentera bola matamu
Suaramu yang sarau memicu candu bagiku
Di bilikku, tercecer secarik kertas rinduku
Aku tulis, “Semoga kau dijaga oleh biadab jalang itu”
Tandikat, 9 Oktober 2020
***
Buku usang
Goresan kecil di kalbuku
Mengusik lengang malamku
Kubaca hingga larut asmaraku
Membuat sungai di pipiku
Lalu kutulis di lembaran sepiku
“Rindu beta sepanjang 201 m”
Barangkali itu buku usang
Tandikat, 12 Oktober 2020
***
Abdul Jamil Al Rasyid (20 tahun) merupakan mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019. Penulis berdomisili di Padang Pariaman dan merupakan santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan, Tandikek.