Puisi Ninda Surayya (15 Tahun)
Sebuah Langkah
Tak kuasa ku menahan isak tangis ini
Sekuat tenaga kian ku menepis kesedihan
Tetapi, air mata ini terus menetes deras
Yang kutuliskan dengan tinta, itulah tahta yang penuh dengan makna
Hingga tulisan itu berbentuk menjadi sangat indah
Hingga mengukir menjadi sebuah lukisan
Mengingatkanku tentang sebuah kenangan,
yang harus kupasrahkan pada Ilahi Rabb ku
Serasa hidup ini tiada bergairah
Namun … Tiada kata menyerah bagiku
Walau remang membuatku terngiang
Walau ombak menerjang
lantas tak kuhiraukan …
Karena aku tahu,
di setiap langkahku, kulekatkan dahi di atas sajadah
Seraya memohon pada sang Rabbi
Tuhan mendengarku
Tetes demi tetesan air mata terus berlinang deras
Terus membasahi semua lembaran yang telah kutulis
Hingga tulisan pun menjadi basah dan samar
Sebuah kesalahan yang akan menuai masalah
Tak ada kendala bagiku …
Namun begitulah, cara Tuhan mendewasakan,
kehampaan yang terus terngiang-ngiang
Rasa sakit terus menjadi-jadi
Semakin masuk ke relung hatiku yang terdalam
Kegelisahan yang mengusik ketenangan …
Tak kuasa hatiku menjerit, hingga Tuhanlah yang merangkul
Cinta Allah lebih dari sekian ribu samudra di bumi
Cinta Ilahi begitu indah tanpa ada sebuah kekecewaan
Namun, manusia jarang menyadari,
bahwa setiap langkah tak akan membuat aku meratapi kegagalan
Ada tempat yang pantas kita berteduh dan memohon padanya …
Yaitu karena Tuhan yang telah menepis rasa hampaku
Dan itu adalah tujuanku dalam setiap momentum keberhasilan
Yang selalu membuatku tak pulas dari tidur
Walau terjangan badai yang mengibas
Walau di saat cuaca sejuk nan meriang
Lantas, Allah-lah yang menolongku
Karena awal kesuksesan ialah kegagalan
Itu adalah sebuah langkah
Diri tak boleh menyerah
Apalagi sampai terdengar payah
***
Andai Saja Kau Tahu
Andai senja mengerti
Betapa pahitnya sebuah keheningan
Mungkin saja ia tak ingin melewatkan sedetik pun momentum
Hari demi hari silih berganti waktu
Ketika fajar menyongsong
Dan jikalau mentari bisa mendengar
Sayup iba dari burung yang berpulang ke sarang
Mungkin ia ingin bertahan
Sebentar lagi,
Sebelum sang Ilahi membangunkan kembali
Lalu bagaimana dengan seorang lelaki
Yang tetap berpegang teguh,
pada rasa yang sebenarnya tak memberi teduh
Bagaimana dengan sosok harapan
Dari seseorang yang bahkan lupa
Yang mencintaimu dengan hati yang terdalam
Tak dapatkah direnungi?
Andai saja engkau mengerti
Andai saja engkau pahami
Rasa ini begitu berarti
Kucinta dirimu dalam diam sepanjang hari
***
Ninda Nailis Surayya (15 tahun), merupakan santri Pondok Pesantren Dayah Jeumala Amal. Penulis berasal dari Pidie, Sigli, Nanggro Aceh Darussalam. Penulis dapat ditemui lewat Instagram dengan nama: @nindanailis.