Puisi Thaifur Rahman Al-Mujahidi
Warung Nasi Tidak Buka
Tepat di depan Pasar Blega
Kanan jalan dari arah barat
Terdapat warung nasi yang dijaga perempuan sebaya
Parasnya begitu menggoda
Ah, rasanya ingin memiliki
Badan tidak stabil
Mengajak ‘tuk menghampiri
“Nasi dua, Buk!”
Aku salah tingkah
Kenapa memanggil dengan kata “Bu”? yang seumuran denganku
Jika dikembalikan pada situasi, rata-rata penjual nasi di pinggir jalan adalah ibu-ibu
Kali ini berbeda
Alasan saya menghampiri dan makan di warung tersebut
Tapi entah kenapa
Dalam perjalanan pulang
Kulongok ke samping kiri
Berangkat dari timur
Ternyata warungnya ditutup
Ada rasa kecewa mengganjal
Padahal perut sudah mendekati ajal
Dengan nada lesu nan gelisah
Aku mencoba mencari ke ruas jalan
Iya, kudapati
Harganya di luar dugaan
Padahal kemarin sepuluh ribu
Kini, warung baru malah naik menjadi lima belas ribu
Padahal kantong kami tak ada nominal sebesar itu
“Terima kasih, Warung Nasi”
Hargamu menentukan kualitas makanan
Bangkalan, 15 Maret 2021 M
***
Ayunan Kaki Tukang Becak
“Mau ke mana, Bu?”
Umpannya pada setiap pembeli yang lewat
Keringat basah mengucuri pipi hingga dada
Tak jua surut semangat mengantar
Sambil menunggu,
Tak lupa ia selipkan zikir
Subhanallah, Mahasuci Engkau
Kain penutup mulut yang disebut masker
Basah akibat keringat-keringat ayunan kakinya
Hingga muncul bintik-bintik hitam
Sesekali berguyon dengan teman sekawan
Menghadirkan kebanggaan tersendiri tanpa harus mengikat orang lain pergi
Mengayuh tanpa harus mengeluh
Mengayuh tanpa memandang musuh
Mengayuh tanpa menghadirkan rusuh
Mengayuh bukan karena bertaruh
Karena ada Tuhan yang terus berlabuh
Pada zikir yang senantiasa utuh
Dari mulut transportasi ke lutut
Lalu dimobilisasi oleh kaki
Pasar Pabian, Surabaya, 15 Maret 2021 M
***
Thaifur Rahman Al-Mujahidi merupakan santri Pondok Pesantren Al-Amien Tegal Prenduan. Penulis berasal dari Angsanah Bragung Guluk-Guluk Sumenep. Penulis dapat ditemui lewat Instagram dengan nama: @astralmuhammad.