Puisi Wiwik Tri Astutik (16 tahun)
Santri Siaga Jiwa Raga
Jadilah santri yang siaga
Yaitu mereka yang siap berjihad di jalan-Nya
Santri yang peduli dengan keluarga
Santri yang mau membela negara
Jadilah santri yang siaga
Yang berjuang tidak setengah raya
Yang upayanya murni sepenuh jiwa
Enggan mengeluh, apalagi murung dalam duka
Santri siaga jiwa raga
Kuat dalam Islam, iman dan akhlak mulia
Berjuang bersama menuju takwa
Peduli akhirat namun tidak melupakan dunia
Jadilah santri siaga jiwa raga
Doakan yang terbaik sepenuh hati setulus jiwa
Bukan hanya untuk diri, keluarga dan agama
Tapi juga untuk Indonesia maju menuju jaya
***
Berbagi Rasa
Bukan tubuhku lagi yang kau peluk
Bukan tanganku lagi yang kau genggam
Bukan pundakku lagi yang kau sandarkan
Kau mengambil keputusan
Agar kau merasa kehilangan
Dan akhirnya,
Sendiri sudah menjadi teman
Tersenyum sudah menjadi peran
Tertawa sudah menjadi kepura-puraan
Berbahagialah, semoga kau tak
Merasakan apa yang kau rasakan
***
Berbagi Rasa #2
Senja kembali dibungkam luka jalanan dekil semakin penuh kerikil. Hanya air mataku yang punya euforia. Entah harus menyerah atau pasrah
Lelah ragaku memungut rasa. Menyuarakan sendu yang menjadi lara. Mengerami lirih-lirih jiwa. Pada takdir yang membunuh cinta.
Bait aksara selalu meracau. Berderap mengabarkan luka. Melangkah tanpa arah. Berlari tanpa batas. Lalu, hancur karena tak pantas.
Bukan berarti aku bebas apalagi lepas. Hanya mencoba untuk terlihat kuat. Meski sebenarnya benar benar sekarat.
***
Wiwik Tri Astutik (16 tahun) adalah santri di Pondok Pesantren Nurul Dholam, Pengasih, Kulon Progo dan siswa Kelas X MAN 1 Kulon Progo. Penulis berasal dari Sempol, Pagak, Malang, Jawa Timur. Penulis bisa diajak mengobrol melalui akun Instagram dengan nama: @Witraa_a