Sahabat, Sejalan Setakziran


Cerita Fitriyah Salsabila (13 tahun)

Di pondok pesantren terdapat aturan ketat dalam penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Para santri di pondok kami dilarang menggunakan bahasa Indonesia dan diwajibkan menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris sehari-harinya. Kebanyakan santri sudah terbiasa dengan peraturan tersebut, tetapi tidak sedikit pula santri yang belum bisa menaati peraturan dengan baik. Aku dan ketiga sahabat sejatiku selalu setia dalam keadaan apa pun.

***

Hari itu seperti biasa, kami sedang istirahat di kantin. Dengan santainya, salah satu sahabatku bertanya menggunakan bahasa Indonesia.

“Sekarang pekan Inggris atau Arab?”

Sontak kami bertiga kaget karena takut ada pengurus bagian bahasa. Benar saja, di belakang kami sudah ada pengurus yang siap menulis nama santri yang melanggar. Aku tidak tega melihat sahabatku akan mendapatkan hukuman sendirian maka dengan polosnya aku menjawab,

“Sekarang pekan bahasa Inggris.”

Akhirnya, sahabat yang lain pun terpaksa mengikutiku. Nadia berkata dengan bahasa Indonesia,

“Nah, makanya gak boleh ngomong bahasa Indonesia.”

Kirana kebingungan, tetapi akhirnya ia pun meneruskan percakapan kami,

“Terus kenapa kalian ngomong bahasa Indonesia?”

Sejak tadi, pengurus bagian bahasa mendengarkan percakapan kami.  Akhirnya, beliau menghukum kami di tempat dengan memberi hafalan. Rupanya, beliau mengerti maksud kami untuk melanggar secara bersama-sama. Perbuatan kami memang salah, tetapi beruntunglah beliau hanya meminta kami untuk tidak mengulanginya. Kami berjanji untuk tidak mengulangi pelanggaran tersebut.

***

Ulah kami berempat tak berhenti sampai di situ saja. Besok, Shofi salah satu dari kami ulang tahun. Aku dan kedua sahabatku yang lain merencanakan suatu kejutan untuknya.

Kami merencanakan untuk bangun tengah malam dan memberi kado serta ucapan ulang tahun. Tak hanya itu, kami juga akan membuat kue ulang tahun kecil-kecilan dari roti dan beberapa hiasan lain.

Seperti biasa tepat pukul sebelas malam, bagian keamanan keliling untuk memastikan semua santri sudah tertidur dengan tertib. Kami berpura-pura tertidur. Akhirnya, bagian keamanan yakin bahwa kami sudah tertidur dan tidak akan membuat keributan di malam hari.

Tibalah pukul dua belas malam, Kirana mendekati kasur Shofi dan membisikkan ucapan selamat ulang tahun. Aku sudah siap dengan kue buatan kami sore tadi, sedangkan Nadia memegang kado dari kami untuk Shofi.

Saat Kirana membangunkan Shofi, tak disangka ternyata Shofi berteriak. Penghuni kamar lain terbangun dan merasa terganggu. Akhirnya, ada yang melaporkan kami ke bagian keamanan. Bagian keamanan mengetuk pintu kamar kami dengan kencang. Dengan tubuh lemas, aku paling depan membukakan pintu. Ketiga sahabatku mengikuti di belakang dengan muka yang tegang.

Benar saja, bagian keamanan meminta kami berdiri di lapangan sambil membawa selimut supaya tidak kedinginan. Selama semalaman kami dihukum lagi. 

Thank you. It’s the best surprise,” bisik Shofi sambil sedikit tersenyum.

Kami hanya tertawa kecil. Sungguh kami menyesal karena telah mengganggu penghuni kamar lain. Kami mengucap janji kembali untuk tidak mengulanginya kepada bagian keamanan.

Akhirnya, kami sadar bahwa sahabat sejati itu memang selalu bersama di kala senang maupun susah.  Sahabat tidak mengajak pada kesusahan, melainkan mengajak pada kesenangan atau kebenaran.

***

Di sore hari yang cerah, kami berempat menatap satu langit yang sama. Kami berjanji akan tetap bersama. Kami berjanji untuk belajar dengan giat dan menaati peraturan secara bersama-sama.

Kami sungguh belajar dengan giat.  Beberapa bulan kemudian, aku dan Kirana menjadi anggota bagian bahasa (asisten bagian bahasa) sedangkan Nadia dan Shofi menjadi asisten bagian keamanan.

Tidak sia-sia usaha kami selama beberapa bulan ini. Kami sungguh bersyukur pada pengalaman-pengalaman hebat yang sudah mendewasakan kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada guru-guru kami dan para pengurus pondok. Mereka telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengurus kami.

***

Fitriyah Salsabila (13 tahun) merupakan santri PP. Darussalam, Kasomalang, Subang. Penulis dapat ditemui lewat Facebook dengan nama: @Salsabila El Khutby atau Instagram dengan nama: @salsa_khutby06.