Santri Salaf, Kopi, dan Tembakau

Esai Wafie Faris

“Arek lanang ora jenggoten, ora brengosen, ora udud, ora ngopi, nek weruh arek wedok ora suit-suit, terus lanangmu kui kok gawe opo, mbok yoho dadi arek lanang kui yo nakal-nakal sitik.”

Begitulah ungkapan dari budayawan dan intelek Emha Ainun Najib yang cukup populer di kalangan santri dan mahasiswa. Pada umumnya, ketika kita mendengar kata santri maka yang terlintas dan terbayang di pikiran kita adalah orang dengan penampilan kurang menarik.

Bahkan cenderung kumal dengan sarung lusuh, kaus oblong, dan peci hitam kombinasi merah menyala seperti warna api di bagian bawahnya. Kombinasi warna merah pada pecinya itu menunjukkan bahwa seringnya terkena air wudu.

Ada hal yang telah melekat dan tidak dapat dipisahkan dari santri, yaitu kopi dan tembakau. Banyak ditemui quote-quote bahkan sudah menjadi semacam jargon yang tertulis di kaus-kaus dan media sosial, “Santri kui yo ngaji yo ngopi.”

Sebagaimana kata kopi dalam bahasa Arab, yaitu qahwah yang berarti kekuatan. Pada umumnya, santri populer dengan budaya melek’an yang bertujuan untuk mengkaji ilmu agama Islam melalui kitab-kitab salaf dengan cara musyawarah. Budaya melek’an sangat erat diselingi atau ditemani dengan kopi. Begitu juga dengan Dr. John O’niel dari Laboratory of Moleculer Biology Cambridge. Ia mengatakan bahwa minum kopi mengakibatkan susah tidur.

Selain kopi, hal yang identik dengan santri salaf, yaitu tembakau (rokok). Di luar aktivitas mengaji, santri selalu berteman dengan tembakau. Karena dengan tembakau, mereka menjadi lebih tenang dengan napas yang teratur.

Ada juga seorang santri yang mengatakan bahwa aktivitas merokok merupakan suatu ibadah karena dalam satu isapan dan embusan napas yang disertai dengan asap mereka menyertainya dengan zikir kalimat thoyibah. Dengan itu juga santri dapat mengetahui nikmat yang luar biasa dari Allah Swt.

Selain sebagai sarana ibadah, merokok di kalangan santri juga sebagai sarana mempererat tali persaudaraan antarsantri. Rokok menjadi cerminan kehangatan di setiap bercengkerama bersama. Mereka akan lebih hangat ketika ditemani dengan rokok, lebih-lebih kalau ngelinting tembakau sendiri.

***

Wafie Faris (21 tahun), merupakan santri Pondok Pesantren Al Amin Mejobo Kudus. Penulis  dapat ditemui lewat Facebook dengan nama: Wafie El farisy atau Instagram dengan nama: wafie-x-friends.