Tiga Cita-Cita di Pagi Hari

Cerita Khomaruddin (15 Tahun)

Di sebuah kamar tidur terdapat tiga anak. Tiga anak itu bernama Syuaeb, Dalban, dan Marto. Mereka sudah tinggal bersama sejak dua tahun yang lalu.

Biasanya, Syuaeb tidur paling akhir, yaitu pukul 6 pagi atau setelah sembahyang Subuh. Sering kali, waktu ingin tidur di pagi hari, ia gunakan untuk menonton YouTube. Ia sering bangun siang dan terkadang menjelang waktu asar.

Ia terkenal sebagai pekerja keras. Pekerjaan dilakukan olehnya ketika senja datang. Hebatnya, pekerjaannya apa juga tidak bisa dijelaskan karena apa pun ia kerjakan.

Berbeda dengan Syuaeb, Dalban sering tidur tidak terduga. Ia bisa saja baru tidur di pagi hari atau malah siang hari. Bahkan, ia pernah tidur tepat waktu, yaitu pukul 10 malam dan bangun pagi.

Urusan pekerjaan dan kegiatannya, Dalban juga tidak terduga. Pernah suatu hari, ia pergi sampai dua hari dua malam tidak kembali ke kamar. Entah kepergiannya itu untuk kerja atau kegiatan, semua orang di kamar juga tidak tahu.

Lain dengan Syuaeb dan Dalban, Marto adalah anak yang tidak pernah tidur dan tidak pernah bekerja. Tidak pernah ada yang tahu ketika ia tidur atau bekerja. Oleh sebab itu, ia sering dipaksa untuk bekerja dan tidur di kamar dengan teman-temannya.

***

Suatu malam, tepatnya menjelang pagi hari, mereka merebahkan badan bersama di kamar tidur. Kamarnya luas sehingga mereka bisa rebahan sesuka hati.

Ketika rebahan, Syuaeb sambil menonton YouTube. Berbeda dengan Syuaeb, Dalban sedang membalas pesan dari teman-teman di kolom komentar Facebook, sedangkan Marto bermain game di gawai miliknya.

Ketika sedang menonton YouTube, Syuaeb mendadak bertanya tentang cita-cita kepada Marto. Lalu, mereka bertiga saling bertanya dan mendengarkan cita-cita masing-masing.

Syuaeb: “Marto, apa cita-citamu di masa depan?”

Marto: “Cita-citaku adalah tidak punya cita-cita di masa depan. Jika dirimu sendiri, apa cita-citanya?”

Syuaeb: “Cita-citaku adalah ditanya tentang cita-cita oleh temanku.”

Lalu, Syuaeb dan Marto memandang ke arah Dalban. Mereka serentak bertanya tentang cita-cita kepada Dalban.

Dalban berkata, “Cita-citaku adalah mendengarkan cita-cita dari teman-temanku.”

Akhirnya, mereka bertiga bisa tidur tenang dan siap menyambut hari-hari di masa depan.

***

Khomaruddin (15 tahun) merupakan santri Pondok Pesantren Budaya Kaliopak Yogyakarta.