Puisi-Puisi Mauladi Pratama
Macan Asia
Usiamu yang tak lagi muda
Namun semangat juang terus kau kobarkan
Berjiwa merah putih berlandaskan Pancasila
Bermodalkan jihad fi sabilillah
Menggema di Nusantara
Bahkan di seluruh jendela dunia
Nahdlatul ‘Ulama …
Jasamu kan terkenang indah
Dalam qolbu yang tak akan pernah sirna
Setitik cahaya …
Yang memenuhi ruang kegelapan
Menerpa kuatnya arus ombak
Menembus kerasnya batu karang
Hingga membuatmu sangat disegani
Sampai musuhmu pun lari bersembunyi
Untuk sekian kalinya
Kau membuat bangsa ini bangga
Atas kehadiranmu …
Yang membuat macan Asia mengapung
Di alam semesta yang agung
Tanpa mengenal takut
Nahdlatul ‘Ulama …
Kebangkitan para ulama
Menuju masa depan yang cerah
Kan kekal hingga akhir masa
***
Di Balik Baja Besi
Kematian …
Kau datang begitu cepat
Tak peduli pada siapa kau hampiri
Tak peduli ku sudah siap atau belum
Kau datang tanpa diundang
Hingga kehadiranmu membuat derai hujan tangis
Terlalu kejam kau menghampiri kami
Atau kami yang terlalu lemah terhadapmu
Dan tanpa permisi kau bertamu sapa kepada kami
Wahai tanah …
Jikalau nanti waktunya sudah tiba
Jikalau nanti aku berada dalam pelukanmu
Janganlah kau peluk diriku sedang dalam keadaan tanpa amal
Aku tahu …
Wahai tanah …
Asal-usul dan nenek moyangku adalah dirimu
Tempat terakhir untukku istirahat pun juga dirimu
Maka wahai tanah …
Mohonkanlah ampun pada Tuhanmu untukku
Agar kelak kau menerimaku dengan lapang dada
Dan teruntuk engkau …
Wahai malaikat maut …
Aku pun tahu …
Kau datang membawa surat utusan dari Tuhanmu
Meski ku bersembunyi di balik baja besi
Kau tetap datang dengan perintah Tuhanmu
Entah aku siap atau tidak?
Maka wahai malaikat maut
Aku memohon dengan ketaatanmu pada Sang Khalik
Mohonkanlah ampun pada Tuhanmu untukku
Agar kelak ketika giliranku tiba
Aku telah siap menerima kedatanganku
Tetapi …
Wahai tanah …
Yang dapat mengimpit tulang belulangku sampai hancur
Wahai malaikat maut …
Yang kehadiranmu adalah pemutus kenikmatan dunia
Bukan masalah aku siap atau tidak
Melainkan Sudikah?
Sudikah Tuhanku bertemu dengan diriku
Sedang aku memikul segunung dosa
Sudikah Tuhanku bertemu dengan diriku
Sedang aku adalah hamba yang hina
Wahai Rabbku …
Masih pantaskah hamba-Mu yang hina ini memohon ampun kepada-Mu
Dengan dosa yang melebihi gunung dan lautan di muka bumi ini
Ya Rabbku …
Hamba pasrah dengan keputusanmu
***
Hening
Hening …
Belaian kipas dari sang alam
Meneteskan embun dari sungai bidadari
Pagi ini terasa aneh
Dari riuh gemuruh sang burung bernyanyi
Lelap menjadi tak bersuara sekejap pun
Aku tertegun …
Melihat sang elang berorasi
Tak kan aku sangkal
Karena elang adalah sang guru
Namun baru kusadari
Aku pun ingin memeluk damai
Dalam beningnya malam tanpa bintang
Dan aku ingin bercerita
Tentang wajahnya yang mendung
Tentang hilangnya sebuah kekuatan untuk berpegang
Tentang semua hal darinya
Yang mencoba bangkit dari keterbatasan
Meraih asa yang jauh di rimbun belantara
Karena inilah dunia
Dengan segala ceritanya
Ceritanya yang dapat mengemis air mata
Atau pun yang tak berkesudahan
***
Mauladi Pratama (18 tahun), merupakan santri Pondok Pesantren Khozinatul Ulum Blora. Ia berasal dari Pali, Sumatra Selatan. Penulis dapat ditemui lewat Instagram dengan nama: Mauladi atau Facebook dengan nama: Mauladi